Rabu, 05 Oktober 2011

Backpacker Trip to "Lombok Island"

Salam Ransel...
Setelah sekian lama menghilang dari peradaban dunia maya, sekarang saatnya kembali dengan sejuta cerita. OK guys, kali ini menceritakan ekspedisi perjalanan selama kurang lebih satu minggu dibelahan timur NKRI, ya...pulau Lombok. Karena keterbatasan budget, maka ekspedisi ini dilakukan ala backpacker. Selogan untuk para backpacker "Low Budget, Great Travelling", ya dengan biaya yang murah namun menghasilkan perjalanan yang menakjubkan, traveling yang murah namun bukan murahan...hehe. Langsung saja kita ikuti sedikit ulasan ceritanya.
Cekidot...

"Lombok Island"

Jogjakarta, 24 september 2011
Hari yang telah lama ku rencanakan untuk melancong sejenak meninggalkan kota Jogjakarta Istimewa ini untuk menikmati keindahan Sang Khalik di bagian timur wilayah NKRI , ya hari itu merupakan hari dimana aku memulai perjalananku ke pulau Lombok, pulau yang terkenal keindahan alamnya di seantero dunia. Perjalanan dimulai dari kost di daerah seturan menuju stasiun Lempuyangan dengan mengunakan Taxi, kemudian dilanjutkan dengan membeli tiket kereta api ekonomi Sri Tanjung jurusan Jogjakarta-Banyuwangi dengan tarif Rp. 35.000,- Perjalanan menggunakan Kereta Api Sri Tanjung dimulai pukul 07.30 dari jogjakarta. Di dalam kereta kami bertemu dengan seorang bapak-bapak yang kami sebut dengan Cak Sule,  beliau juga memberi gambaran dan sedikt pandangan tentang pulau lombok sebagai tujuan kami, beliau lumayan hafal dengan beberapa daerah disana karena konon katanya dulu sering bertugas disana. Beliau juga mempunyai restoran dijalan parangtritis, kapan-kapan disuruh mampir, mau di traktir mungkin yah... hehe...
Keretapun berjalan sesaat kemudian petugas kereta api memeriksa tiket kami untuk mencocokan posisi kami duduk dengan seat number yang ada di tiket kami, walaupun hanya dengan kereta ekonomi class. Mulai penertiban tiket saudara saudara, menurut kabarnya sih mulai 1 oktober sudah resmi diterapkan aturan ini, baguslah demi kenyamanan transportasi di Indonesia...hehehe.. Stasiun demi stasiun kami lewati, waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB kereta berhenti sejenak di stasiun Jember, Cak Sule pun turun di stasiun Jember, katanya sih beliau tetangganya penyayi religi Opick...hehe. Kereta kembali berjalan kearah timur, waktu menunjukkan pukul 22.30 WIB, pemberhentian terakhir di stasiun Ketapang, Banyuwangi, kamipun mengakhiri perjalanan menggunakan lokomotif berjalan ini.
Dari stasiun Ketapang kami berjalan sedikit sekitar 500 meter menuju pelabuhan Ketapang untuk berlayar mengarungi samudra ala "Popeye si Pelaut" menuju pulau Bali. Ongkos naik kapal Ferry dari pelabuhan Ketapang menuju pelabuhan Gilimanuk sebesar Rp. 6000,-. Sampai di pelabuhan Gilimanuk kita wajib memperlihatkan KTP kepada petugas keamanan pelabuhan (parno gara gara bom Bali makanya kemamanan masuk dan keluar Bali diperketat) hehhe..
Jalan sebentar dari pelabuhan Gilimanuk menuju terminal Gilimanuk, kita bisa menemukan Bus jurusan Gilimanuk-Padang Bai, biasanya bus yang beroperasi rute ini adalah bus "Buana Raya", "Lissa", dll. Padang Bai adalah pelabuhan dimana kita akan mengarungi samudra dari pulau Bali menuju Pulau Lombok. Ongkos bus Gilimanuk-Padang Bai sebesar Rp. 40.000 - 50.000,- dengan waktu tempuh perjalanan 4-6 jam dengan pemandangan pulau dewata dan adat istiadat yang memberikan betapa kayanya negri ini. dengan sujuta budayanya. Sesampainya di pelabuhan Padang Bai kita langsung membeli tiket kapal Ferry jurusan pelabuhan Padang Bai, Bali - pelabuhan Lembar, Lombok sebesar Rp. 36.000,- dan lama perjalanan sekitar 4 jam. Cukup dengan uang 120-150rb kita sudah bisa sampai ke Lombok. Tepat pukul 14.22 WITA kupijakkan kaki ini di pulau Lombok. Perjalanan dipulau lombok dimulai dari pelabuhan lembar dengan menggunakan Angkutan Koperasi Pelabuhan dengan membayar ongkos Rp. 15.000,- menuju Cakranegara (Cakra), dari Cakra kami lanjutkan dengan menggunakan Angkutan umum menuju kawasan Senggigi dengan membayar ongkos Rp. 10.000,- . Sampai di Senggigi kita bisa memilih Hotel ala Backpacker dengan harga 100-150rb (perlu diingat gag bisa buat tenda di kawasan pantai senggigi coyyy.. haha)

"Lombok Map"

Berikut adalah rute petualangan kami, hanya bermodalkan secarik peta pulau Lombok.
St.Lempuyangan, Jogja ---> St.Ketapang, Banyuwangi ---> Pelabuhan Ketapang ---> Pelabuhan Gilimanuk, Bali ---> Pelabuhan Padang Bai, Bali ---> Pelabuhan Lembar, Lombok ---> Cakranegara ---> Senggigi ---> Pelabuhan Bangsal, Lombok ---> Gili Trawangan ---> Pelabuhan Bangsal ---> Senaru ---> Sembalun Lawang ---> Gunung Rinjani ---> Sembalun Lawang ---> Sembalun Bubung ---> Pelabuhan Lembar, Lombok ---> Pelabuhan Padang Bai, BAli ---> Pelabuhan Gilimanuk, Bali ---> Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi ---> JOGJAKARTA

Berikut sekilas kita tampilkan obyek-obyek yang sempat kami singgahi. Mulai dari senggigi dibelahan Lombok Barat, Gili Trawangan di Lombok Utara dan Gunung Rinjani di Lombok Timur. Dengan bermodalkan kamera Nikon D300s dan lensa Tokina 12-24mm F/4 Pro DX II dengan berbagai filter yang wajib dibawa bagi pecinta landscape photography seperti halnya filter CPL dan Gradual ND merupakan menu wajib yang tak boleh ditinggalkan...hehe.

1. Senggigi Beach

Bentangan Pantai yang Indah dengan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan. Pantai ini terletak persis di belakang halaman hotel-hotel yang ada di kawasan Senggigi, di ujung pantai Senggigi dilengkapi dengan bangunan pemecah ombak uang tersusun indah menambah keindahan pantai ini jika saja tak dinodai oleh banyaknya SAMPAH PLASTIK yang terombang ambingkan oleh ombak. Pemandangan sunset terlihat sangat indah. Berikut beberapa moment yang sempat saya abadikan dalam beberapa jepretan foto di kamera yang setia mendampingiku.

"Membentang Pohon Kelapa"

"Pemecah Ombak"

"Sunset yang Tenggelam"

2. Gili Trawangan Beach

Setelah semalam beristirahat di kawasan Senggigi, keesokan harinya perjalanan saya lanjutkan ke Gili Trawangan, ongkos naik angkutan umum sebesar 15-20rb dari senggigi ke pelabuhan Bangsal, pelabuhan penyebrangan ke Gili Trawangan. Dipelabuhan Bangsal saya langsung membeli tiket speed boat sebesar 10rb menuju Gili Trawangan, dengan kapasitas boat sebanyak 20-25 orang dengan waktu tempuh penyebrangan sekitar 45 menit. Disini dapatkan sensasi spot jantung dimana ombak yang mengombang ambingkan speed boad ke kanan dan ke kiri dan rasakan pula sensasi terguyur air laut. Sampai di Gili Trawangan kita langsung disambut oleh ratusan WISMAN alias bule-bule yang sedang berjemur dibawah terriknya sinar matahari siang itu.
Sejenak saya berfikir Bahasa Nasional di Gili Trawangan bukan lagi bahasa Indonesia melainkan Bahasa Inggris ternyata, ya memang disana ngomongnya pakai bahasa inggris semua soalnya..hehe. Karena yang dilihat cuma bule semua tiba-tiba kangen sama tanah air Indonesia Raya, jadinya nyariin Sangsaka Merah Putih yang berkibar disana. Sekitar cukup lama berjalan akhirnya saya temukan Sangsaka Merah Putih berkibar dengan gagahnya didepan SubPolsek Gili Trawangan...Alhamdulilah...haha. Di Gili Trawangan kita bisa memilih berbagai jenis penginapan sesuai dompet kita. Tapi sebagian besar penginapan disana berupa Bungalow, dengar-dengar yang punya  bungalow sih bule-bule dan bukan masyarakat Indonesia. Akhirnya kamipun lebih memilih mendirikan tenda dipinggir pantai, yah disesuaikan sama budget juga sih, daripada gag bisa pulang ke jogja lagi.. hehehe..
Seperti ini sedikit gambaran perbedaan antara bungalow dengan tenda doom yang saya gunakan untuk bermalam.

"Bungalow"

"EIGER Bungalow"
Malam hari menjelang, lapeer juga sudah datang, naluri sebagai manusia untuk bertahan hidup alias survivalpun datang, akhirnya kami berjalan menyusuri pulau itu untuk memperoleh makanan, sepanjang jalan dapat kita jumpai berbagai resto yang menjajakan menu khas makanan eropa dan mancanegara lainya. Setelah sekian lama berjalan akhirnya menemukan juga kawasan para penjual makanan yang menjajakan masakan khas Indonesia dengan harga kaki lima, ada penyetan, nasi goreng, sate, mie goreng, martabak manis alias pancake..haha... Malam itu kamipun makan ikan mujair goreng seharga 15rb per porsi dan minum air mineral. Perlu diketahui di kawasan Gili Trawangan tidak dijual air mineral merk lain selain air mineral merk NARMADA, Air mineral merk NARMADA ini  konon katanya sudah di export ke Australia loh sejak beberapa tahun yang lalu.. hebat yah.. rasanya juga lebih segar dibanding air mineral merk produsen terkenal yang banyak tersebar di Jogjakarta. Di tempat makan ala mahasiswa ini ternyata banyak diminati oleh para bule-bule itu bedanya kalo kita minum air mineral kalo mereka habis makan minumnya bir ukuran large, jadi semboyan di Gili Trawangan adalah " SAVE WATER, DRINKING BEER" haha...
Pagi menjelang, matahari menampakkan dirinya dibalik gugusan pegunungan di sisi lain laut lepas di Gili Trawangan. Sungguh Indah KaryaMu Tuhan dengan Begitu Indah Pemandangan Matahari Terbit saat itu. Moment penampakan matahari dipagi hari berhasil saya abadikan lewat beberapa jepretan foto.

"Pemecah Ombak"

"Sunrise"


"Seonggok Tiang"

"Bolang"

3. Rinjani Mountain

"Rinjani Mountain"

Sebuah gunung yang masih menyimpan begitu banyak cerita mistik dan berjuta keindahan. Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 mdpl. Jalur pendakian yang kami lalui adalah jalur pendakian Sembalun, dimana topografi jalur pendakian ini didominasi savana yang sangat luas dan panjang ditambah dengan kebakaran hutan yang sudah 2 bulan melanda kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang menjadikan hutan tersebut sangat kering. perjalanan kali ini kami ditemani seorang porter yang bernama Ma' Ida. Jasa Ma' Ida perharinya sebesar Rp.100.000,-. Dan kamipun memustuskan untuk program pendakian kali ini selama 2 hari, 1 malam. Sehari sebelum keberangkatan kami menyiapkan berbagai logistik untuk kebutuhan konsumsi kami di camp area dan selama perjalanan tentunya. Sesaat Ma' Ida terdiam dan terkejut dengan konsumsi yang kami bawa, beliau mengkhawatirkan keadaan kami yang hanya berbekalkan mie instan...haha... Beliau menyarankan kami untuk membawa bekal konsumsi ala bule-bule yang melakukan trekking ke rinjani dengan berbekal sayuran, buah pisang, nanas, tepung terigu untuk membuat pancake dan makanan ala bule yang lainnya, maklumlah Ma' Ida biasa menjadi porter bule..hehe.. Kami berangkat pukul 06.30 WITA dari tempat pembelian tiket pendakian, tiket pendakian seharga Rp.6000,-. Dalam hati kami "Welcome to the Jungle"... 

"Savana"

"Sisa Kebakaran"
Jalur pendakian yang kami pilih adalah jalur pendakian Sembalun Lawang, jalur pendakian ini didominasi oleh savana dan ditambah hutan sisa kebakaran sejak 2 bulan yang lalu yang menghasilkan kekeringan dan menyisakan abu tanpa ada satu pohonpun yang masih berdiri. Baru sebentar berjalan kami sudah mulai kelelahan, namun tak begitu dengan porter kami, beliau meminta agar berjalan terlebih dahulu didepan kita, dan benar saja, jejaknya tak terlampaui oleh kami. Luar biasa kekuatan berjalannya dengan medan yang begitu panas dan beban seberat 25 kg dengan pundaknya. setelah kurang lebih berjalan 4 jam sampailah kami di POS 1, kami beristirahat sejenak dibawah pondokan yang berwarna hijau yang masih sangat baik kondisinya bersama beberapa porter lain. Setelah kami rasa cukup untuk beristirahat kami melanjutkan perjalanan menuju POS 2, dari POS 1 ke POS 2 ditempuh dengan berjalan kaki selama 1 jam. di POS 2 waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 WITA, Ma' Ida menawarkan makan siang disana, menu makan siang kami kala itu adalah Mie rebus + Nasi putih, di POS 2 kami bertemu dengan rombongan bapak bapak gaul dari Jakarta dengan sejuta kegilaannya...haha.. Thanks to Bang Thamrin and the genk untuk hiburannya siang itu... Dari POS 2 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3 yang tak begitu jauh namun dengan medan yang mulai menanjak. Sampailah kita di POS 3, dari POS 3 menuju POS 4 perjalanan cukup melelahkan dengan beberapa bukit yang harus kami daki.
sampailah kita di POS 4, sejenak kita melepas lelah...
"THE REAL MOUNTAIN TREKKING WILL BEGIN"
Benar saja dari POS 4 menuju lokasi kami mendirikan tenda di POS Plawangan, dipenuhi dengan medan yang sangat berat ditambah dengan kabut yang mulai turun dan angin yang dengan leluasa bertiup kencang kesana kemari, setidaknya ada 5 bukit yang sangat tinggi harus kami daki. Di bukit ketiga disebut bukit "penyesalan" dan bukit ke 5 menyajikan pendakian yang paling ekstrim karena bukit yang terjal dan jalanan yang licin. Setelah melewati 5 bukit tersebut kita disambut oleh pancaran sinar matahari yang ingin pulang keperaduaannya senja itu, ditambah dengan berjalan kurang lebih 20 menit lagi, sampailah kami di lokasi pendirian tenda (Camp Area) yang bernama Plawangan. Angin sore itu sangat kencang, hampir saja menerbangkan cover tenda kami. Segera kami mendirikan tenda dan porter kami bergegas mencari air. Malam pun tiba, makan malam juga tiba dengan sepiring nasi goreng kami mengisi perut yang sudah lapar karena kelelahan dan kedinginan. Seusai makan malam kami beristirahat malam, kira kira pukul 01.30 porter kami membangunkan kami untuk memberitahukan apakah kami akan melanjutkan perjalanan menuju puncak rinjani dini hari itu. Angin masih sangat kencang pagi itu,  dan porterpun menyarankan agar tak melanjutkan summit attack, sehingga kami memutuskan untuk tidak ke puncak mengingat perjalan menuju puncak masih 3 jam lagi dengan medan yang curam, sempit dan berpasir ditambah tiupan kencangnya angin malam itu yang bisa menerbangkan kita. Memang sudah 5 hari belakangan angin sangat kencang dan para pendakipun tak ada satupun yang bisa mencapai puncak kala itu. Maka tidurlah kami kembali hingga sang mentari menampakkan wajah cantiknya pagi itu untuk berburu foto sunrise dan danau segara anak yang berada tak jauh di bawah Plawangan. Ternyata hari itu tidak ada satu pendakipun yang bisa mencapai puncak gunung rinjani karena kencangnya angin.
Berikut beberapa panorama yang sempat saya abadikan.

"Bunga & Awan"

"Puncak"

"Camp Area"

"Batas Tepian"


"Segara Anak"

"Narsis Sejenak"

Demikian sekilas ulasan ekspedisi dibelahan timur NKRI, Pulau Lombok. Untuk mendetail hasil picture dari masing-masing obyek yang saya singgahi akan ditampilkan pada review berikutnya...

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar