Senin, 31 Oktober 2011

RINJANI "The Real Mountain Trekking"

Salam Petualang...!!!
Masih dengan oleh-oleh dari perjalanan di Pulau Lombok nan eksotik. Kali ini mencoba menguak keindahan Gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia yakni Gunung Rinjani. Ya, Gunung ini merupakan gunung berapi tertinggi kedua setelah Gunung Kerinci di Propinsi Jambi, dan sekaligus gunung tertinggi ketiga di Indonesia setelah Puncak Cartenz di pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya dan Gunung Kerinci di Propinsi Jambi. Sebagai tujuan utama dari perjalanan di Pulau Lombok kala itu, maka sangat diprioritaskan untuk mengeksplore dari setiap sudut panorama yang disajikan di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ini. Langsung saja kita ikuti sekilas review pendakian di Gunung Rinjani dan beberapa panorama yang sempat saya abadikan. Cekidot...Enjoy the show.

"Hijau Membiru"
Selamat Datang di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Jalur pendakian kali ini merupakan perjalanan extreem mendaki gunung, lewati lembah dan menyusuri padang savana nan kering. Gunung Rinjani dengan ketinggian 3726 mdpl memiliki 3 jalur pendakian resmi yaitu jalur Sembalun, Senaru dan Torean.  Perjalanan kali ini ditempuh melalui jalur Sembalun, perjalanan dimulai dari pukul 06.00 WITA dari gerbang masuk Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), ditemani oleh seorang porter kami mulai perjalanan mendaki Gunung Rinjani yang masih menyimpan kemistisan ini. Diawal perjalanan kami disejukkan dan dibuat terperanga oleh keindahan langit pagi itu di lembah gunung Rinjani, gugusan awan seakan melukiskan keindahan Sang Ilahi. Jalur pendakian Sembalun dapat dikatakan jalur pendakian yang sangat panjang. Setelah sekitar 3 jam perjalanan sampailah kami di Pos I, kali ini saya akan memuji kekuatan porter kami yang bernama Ma' Ida, beliau sungguh luar biasa, dengan beban barang bawaan kami yang dipikulnya sekitar 20 kg, beliau berjalan jauh mendahului kami, selisih perjalanan kami bisa sekitar 1 jam perjalanan. Bisa dibayangkan kecepatan berjalannya kan? hehe... Memang sudah sangat terbiasa para porter disana untuk menempuh perjalanan pendakian Rinjani dengan waktu yang relatif singkat, tak seperti kami yang masih amatiran dalam pendakian gunung...haha.
Sepanjang perjalanan menuju Pos I kami dihibur oleh keindahan langit yang menakjubkan dengan ditemani pemandangan Gunung Rinjani itu sendiri. Berikut adalah beberapa foto dipagi hari menuju puncak Rinjani.

"Biru Membahana"

"Menyusuri Jalan"

"Rinjani Menyapa Pagi"

"Kokoh Menjulang"

"Awan Berarak"

"Bunga & Awan"

"Welcome to The Jungle"

"Gumpalan Awan"
Setelah berjalan sekitar 3 jam, sampailah kami di Pos I, sejenak kami melepas lelah di Pos I sebelum selanjutnya melakukan perjalanan menuju Pos 2. Perjalanan melalui jalur Sembalun di dominasi oleh padang savana yang kering sehingga membuat perjalanan kami dibanjiri keringat yang gedhe-gedhe segedhe biji jagung...hehe, belum lagi ditambah kebakaran hutan Taman Nasional Gunung Rinjani sejak bulan Agustus lalu dan baru padam di awal bulan September itu membuat pohon pohon di TNGR habis dilalap api dan semakin membuat gersang jalur pendakian menuju puncak Rinjani. Sungguh rute yang sangat menguras tenaga bagi saya, hal ini dikarenakan belum pernah menemui rute yang sedemikian rupa selama saya melakukan pendakian beberapa gunung di Pulau Jawa. Hemm...Nikmati sajalah...hehe
Perjalanan kami lanjutkan dari Pos I, setelah kurang lebih berjalan selama 1 jam, sampailah kami di Pos 2, di Pos 2 kami beristirahat cukup lama karena disini kami beristirahat sekalian makan siang. Di pos 2 tersedia sumber air yang cukup banyak dan bersih, jadi kami bisa masak memasak disini. Di pos 2 kami bertemu beberapa pendaki, baik pendaki lokal maupun mancanegara. Disini kami bertemu dengan Pendaki dari Jakarta yang sangat menghibur kami dengan celotehannya selama di Pos 2, dan obrolan  akrab kita ini membuat kami lebih bersemangat mendaki gunung Rinajni. Mereka adalah Bang Thamrin CS, meskipun umur mereka sudah dibilang tidak muda lagi, tapi semangat mereka tidak kalah dengan yang masih muda-muda. Kamipun saling bertukar makan menu makan siang untuk lebih menambah variasi rasa makan siang kami kala itu. Setelah cukup beristirahat dan makan siang di Pos 2 kami melanjutkan perjalanan kembali, kali ini perjalanan didominasi oleh medan yang terus menanjak, the Real Trekking pun dimulai, kami harus melewati kurang lebih 6 bukit. Dan salah satu bukit tersebut dinamakan bukit penyesalan. Bukit -bukit ini memiliki kesulitan masing-masing dan dengan berbagai kemiringan.
Setelah berjuang melewati bukit bukit extreem tersebut sampailah kami di tempat yang bernama Plawangan, kami tiba di Plawangan sekitar pukul 17.00 WITA, Matahari yang bersiap untuk kembali keperaduannya terlihat indah dari Plawangan. Tinggal berjalan kaki 20 menit lagi kami akan tiba di camp Plawangan, tempat kami akan mendirikan tenda. Waktu menunjukkan pukul 17.20 WITA kami tiba di lokasi Camp Area Plawangan, disana sudah berdiri banyak tenda milik pendaki lain, yang didominasi oleh pendaki mancanegara. Sore itu angin berhembus sangat kencang sehingga sedikit menyulitkan kami untuk mendirikan tenda. Sunset sore itu sangat indah, ditemani pemandangan Danau Segara Anak yang berada di bawah Plawangan, Sungguh Indah Karya Tuhan di Bumi Pertiwi Ini. Luar biasa Indah bahkan. Setelah kedinginan karena angin sore itu sangat kencang dan perjuangan kami mendirikan tenda sudah berhasil, kami menghangatkan diri di dalam tenda, dan menyiapkan makan malam, menu makan malam kali itu adalah Nasi Goreng ala Plawangan dan Teh Hangat. Setelah makan malam kami beristirahat dan berencana untuk mendaki puncak pukul 2 dinihari. 
Waktu menunjukkan pukul 2 dinihari, kamipun terbangun, namun melihat kondisi cuaca yang kurang bersahabat karena angin berhembus sangat kencang pagi itu, kamipun mengurungkan niat kami untuk mencapai puncak. Ada beberapa pendaki yang mencoba mendaki ke puncak namun sampai setengah perjalanan mereka memutuskan untuk kembali ke tenda karena angin yang sangat kencang. Memang sudah 3 hari ini cuaca di Rinjani kurang bersahabat, sehingga para pendakipun tak sanggup untuk mencapai Puncak. Tapi kami tak menyesal sedemikian rupa, karena dari Plawanganpun sudah disuguhkan panorama yang elok memanjakan pelupuk mata. Kamipun kembali tidur beberapa jam lagi sampai menunggu waktu sang mentari menyapa kami pagi hari itu. Pukul 05.30 WITA kami bangun dan mempersiapkan perlengkapan perang berburu sunrise pagi itu. Iniilah beberapa hasil panorama keindahan Sang Ilahi pagi itu yang sempat saya abadikan.


"Berjemur"

"Camp Area Plawangan"

"Batas Tepian"

"Bincang Pagi"

"Just Me"

"Danau Segara Anak"

"All About Team"

"Me Again"

"Edelwais Flower"
Waktu menunjukkan pukul 09.00 WITA, kamipun bergegas berkemas untuk melipat tenda kembali dan melanjutkan perjalanan turun. Meski sangat singkat waktu yang kami habiskan di Plawangan, namun sudah sangat cukup bagi kami untuk sekedar menikmati panorama yang disuguhkan dari setiap sudut pegunungan ini yang sudah sangat termashur di seantero dunia akan keindahan dan keelokannya itu. Berikut beberapa dokumentasi perjalanan pulang yang sempat diabadikan.

"Jalan menuju Puncak"

"Savana dibatas Ketinggian"

"Puncak Rinjani"

"Berdiri di Abu Kebakaran"

"Ditengah Ilalang"

"Ditengah Bukit Savana"

"Mendung Suram"

"Ilalang & Langit Mendung"
Demikian sekilas review dan hasil oleh-oleh dari Gunung Rinjani di Pulau Lombok. Semoga bisa menginspirasi dan memberikan sedikit gambaran bagi rekan-rekan pecinta Petualangan jika hendak mencoba mengeksplore keindahan Panorama di Bumi Nusantara. 
"Jayalah Negaraku, Tumpah darahku, Bumi Pertiwi Indonesia"

Rabu, 26 Oktober 2011

Riak Gelombang Fajar "Gili Trawangan"

Woyoo Man... Salam anak Pantai...
Kembali dengan review dari ekspedisi dibelahan timur NKRI, ya masih dengan kisah seputar petualangan di Pulau Lombok akhir September lalu. Kali ini mencoba mengeksplore keindahan Gili Trawangan yang merupakan salah satu icon pariwisata di Lombok.Tak perlu berbasa-basi lagi, langsung saja kita ikuti sekilas reviewnya. Cekidot...

"Riak Gelombang Fajar"
Pulau Lombok yang terkenal dengan keindahan panorama alamnya yang begitu indah dianugrahi beberapa Gili dalam kepulauan tersebut. Salah satunya adalah Gili Trawangan. Akses menuju Gili Trawangan kali itu saya mulai dari kawasan Senggigi, Lombok Barat. Dari kawasan Senggigi kita bisa menggunakan angkutan umum menuju pelabuhan Bangsal dengan membayar ongkos kira kira 10ribu rupiah. Dari pelabuhan Bangsal kita langsung membeli tiket Speed Boat untuk melakukan penyebrangan samudra menuju 3 Gili yang cukup terkenal di pulau Lombok yaitu Gili Trawangan, Gili air dan Gili Meno. Untuk ke Gili Trawangan kita cukup membayar tiket speed boat sebesar 10ribu rupiah. Penyebrangan ini ditempuh dalam waktu 45 menit dengan kondisi gelombang yang berbeda-beda. Saat itu saya melakukan penyebrangan sekitar pukul 12 siang dan gelombang laut cukup besar sehingga memberikan sensasi yang luar biasa selama penyebrangan dari pelabuhan Bangsal menuju Gili Trawangan. Satu buah Speed Boat untuk penyebrangan ke Gili Trawangan biasanya berkapasitas 15-20 orang, jadi Speed Boat akan mulai berangkat apabila kapasitasnya sudah terpenuhi, Jangan khawatir speed boat yang tersedia cukup banyak jadi kita tidak perlu menunggu lama untuk menyebrangi lautan menuju Gili Trawangan. Untuk saran, sebaiknya penyebrangan dilakukan sepagi mungkin untuk menghindari tinggi dan besarnya gelombang air laut bagi yang kurang menghendaki akan hal ini, waktu yang ideal untuk penyebrangan adalah jam 8 sampai jam 10 pagi. Sesampai di Gili Trawangan kita akan disambut oleh deretan penginapan Penginapan yang kebanyakan berupa Bungalow. Dapat kita rasakan kesejukan dan keasrian suasana Gili Trawangan yang bebas dari polusi kendaraan bermotor ala kota besar. Ada beberapa pilihan alat transportasi untuk berkeliling di Gili nan asri ini, kita dapat berkeliling menggunakan Cidomo (alat transportasi tradisional khas lombok berupa kereta berkuda alias dokar), menyewa sepeda atau berjalan kaki mengelilingi pulau ini. Kesan pertama yang saya dapatkan ketika sampai di Gili Trawangan adalah "BERASA ASING DI NEGERI SENDIRI" benar saja, kala itu yang saya temui sepanjang jalan adalah para wisatawan asing yang sedang asik berjemur di pinggir pantai, dan jarang sekali wisatawan lokal yang sedang berlibur. Tapi tak apalah ini negaraku yang sangat kaya akan keindahan alamnya jadi santai saja dan nikmati saja keindahan alam Ibu Pertiwiku. Setelah beberapa saat berjalan jalan menyusiuri bibir pantai yang kala itu sedang surut, sayapun beristirahat dan berteduh sejenak dibawah pondokan yang akhirnya saya jadikan tempat mendirikan tenda malam itu. Setelah cukup beristirahat dan hari mulai menuju senja, saya pun mulai berkeliling di pulau itu dan mulai berburu foto di sore hari itu dengan ditemani hembusan angin pantai yang cukup kencang.

"Terdampar"

"Luas Membentang"

"Bersandar"

"Bolang"
Di Gili Trawangan banyak terdapat penginapan penginapan mulai dari harga ratusan ribu hingga jutaan ribu rupiah permalamnya. Penginapan di Gili Trawangan kebanyakan berbentuk Bungalow nan unik dan berkesan mewah. Ada juga yang berupa bangunan yang cukup modern ala hotel berbintang ibu kota. Namun, tempat istirahat perjalanan liburanku kali itu sangat berbanding terbalik dengan penginapan yang ada di Gili Trawanagn ala Bungalow itu, benar saja kali itu saya bermalam di dalam hotel portable yang dibuat oleh pabrik Outdoor Gear kenamaan, hotel tesebut bernama "EIGER Bungalow"...hahaha... cukup hangat suhu udara malam itu di pinggir pantai dengan hembusan angin yang cukup kencang malam hingga pagi itu. Berikut sedikit gambaran antara bungalow yang berada di Gili Trawangan dengan tenda portable yang saya gunakan.

"Gili Trawangan Bungalow"

"Eiger Bungalow"

"Sasak Bungalow"
Pagi itu waktu menunjukkan pukul 05.30 WITA, akupun terbangun dari tempat berteduhku semalam dari dinginnya angin pantai di Gili Trawangan, Satu kalimat yang terucap saat aku beranjak keluar dari pintu hotel portableku "Dahsyat sekali Matahari tersenyum pagi ini, Subhanallah". Tanpa pikir panjang dan bergegas aku angkat perlengkapan perang berburu sunrise pagi itu dan moment pagi itupun terekam dengan kamera kesayanganku yang dengan setia menemani disetiap jengkal perjalananku. Sunrise pagi itu nampak begitu indah saat matahari seolah muncul dari balik punggung pegunungan diikuti oleh warna jingga di langit Gili Trawangan pagi itu, sungguh Indah Indonesiaku... Pantas saja Orang Asingpun betah untuk berlama-lama disini...hehehe. Berikut kita simak hasil panorama pagi kala itu yang sempat kuabadikan.

"Semburat Jingga"

"Seonggok Tiang"

"Fajar Menyingsing"

"Pemecah Ombak"

"Jingga Membara"

"Benteng Pemecah Ombak"

"Coral & Rock"

"Perspektif Tiang"

"Bongkahan Karang"

"Seonggok Batu"

"Sekeras Pemecah Ombak"

"Puing Tertanam"

"Hanya Akar"

"Selembut Pasir"

"Sunlight"

"Portable House"

"Narsis"

"Panorama"

"Pinus"

"Pusat Marchendise"

"Bar-Bar"
Demikian sedikit ulasan dan review dari tanah Gili Trawangan. Sungguh mempesona Indonesiaku dengan sejuta budaya dan pesona panorama alamnya. "Kenalilah Negrimu, lalu Cintailah negrimu"